Jan 15
18
Domi, seorang pemuda ganteng tamatan sarjana agama dari sebuah perguruan tinggi agama di kotanya, namun belum mendapat pekerjaan karena tak ada tempat lowong. Suatu saat ia terpaut dalam pergaulan bebas dengan seorang pemudi bernama Sian tetangganya. Ketika diketahui bahwa Sian hamil, Domi melarikan diri karena takut untuk bertanggung jawab. Ia ganti nomor hp agar tak bisa dilacak keberadaannya. Di kota yang tidak diketahui oleh keluarganya ia berusaha melupakan semua yang terjadi dan ia mencari pekerjaan. Sayangnya tak satu pun perusahaan atau lembaga yang bisa menerimanya karena ijazah yang tidak sesuai. Beruntung masih ada orang baik yang bisa menampung di rumahnya, namun di situ ia terjerat lagi dalam dosa yang sama dengan puteri tunggal tuan rumah. Ia melarikan diri lagi ke tempat lain. Pada akhirnya di tempat itu ia tertangkap satpam saat hendak mencuri di suatu swalayan dan dipenjarakan. Hukuman diperberat ketika 2 wanita yang terjerat kasus dengannya melapor perbuatan jahatnya kepada yang berwenang. Ia dipenjarakan dan menjalani hukuman 15 tahun.
Hidup dalam dosa yang sama dan jatuh ke dosa yang lain terjadi tidak lain dari pada karena ketegaran hati yang melahirkan sikap: tidak mendengar nasihat, ikut kemauan sendiri, tidak bertanggung jawab, tidak bertobat.
Mazmur selingan hari ini mengingatkan kita akan dosa ketegaran hati dengan mengatakan “janganlah kalian bertegar hati, tetapi dengarkan suara Tuhan”. Mazmur ini sejalan dengan himbauan penulis Kitab Ibrani bacaan pertama hari ini, yang juga mengatakan hal yang sama, janganlah kalian bertegar hati! Sedangkan cerita Injil tentang orang kusta mencari Yesus, melambangkan bahwa ketika manusia menderita barulah ia sadar dan mau mencari Tuhan. Menghadapi fenomena ini Tuhan selalu baik, membiarkan manusia hidup menurut kebebasannya dan mau menerima setiap orang berdosa dan menderita bila datang kepada-Nya, sebab Tuhan Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang sakit dan hilang.
Sekali lagi saya ulangi bahwa berhadapan dengan orang yang tegar hati, Tuhan selalu baik dan membiarkan mereka menjalankan kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Namun sejalan dengan itu Tuhan tetap memperhatikan jalan hidup manusia. Sebab Dia menciptakan, memelihara dan mengakhirinya. Jika ketegaran hati berujung penderitaan, itu bukan karena diuji oleh Tuhan tetapi karena manusia tidak mau mendengar suara Tuhan.
Jikalau kita ingin agar hidup ini bisa berkembang dalam rahmat dan kebaikan serta berkat Allah, dengarkan suara Tuhan dan jangan bertegar hati!
RLS